Senin, 26 Oktober 2009

Istri Socrates

Istri Socrates dikenal berperangai buruk, selalu mencari-cari kesalahan dalam diri suaminya, dan hamper setiap hari mencelanya. Suatu hari, ketika sang istri telah menyelesaikan semua omelannya, Socrates memuji istrinya dengan mengatakan bahwa dibandingkan hari-hari sebelumnya, kata-katanya pada hari itu lebih baik dan gayanya juga lebih menarik.

Jumat, 23 Oktober 2009

Majikan Kaya dan Pembantu Setia

Seorang janda kaya aristokrat, yang terkenal murah hati di tengah masyarakat, memiliki seorang pembantu rumah tangga yang rajin dan setia. Satu hari, didorong oleh rasa ingin tahu, pembantu ini memberanikan diri menguji majikannya. Ia ingin tahu apakah majikannya sungguh-sungguh baik hati atau sekedar berpura-pura di tengah kerumunan kaum kelas atas.

Keesokan harinya, ia bangun siang hari. Sang majikan menegurnya karena terlambat. Hari berikutnya, pembantu itu bangun terlambat lagi. Kali ini, majikannya memarahai dan memukulnya dengan tongkat. Kabar ini segera berhembus dari satu tetangga ke tetangga lainnya. Janda kaya ini tidak hanya kehilangan nama baiknya, namun juga pembantu setianya.

Kamis, 22 Oktober 2009

Raja dan Pencuri

Pada zaman dahulu kala, seorang raja ingin menikahkan putrinya dengan seorang laki-laki yang menurut Raja pantas. Raja lalu mengadakan sayembara bagi para laki-laki yang mampu mencuri sesuatu dari dalam istananya yang dijaga ketat, dengan syarat tanpa ketahuan oleh siapapun. Pemenangnya berhak untuk menikahi putrinya.

Dalam kurun waktu yang ditentukan, banyak pemuda mengikuti sayembara ini dan menunjukkan kebolehannya. Mereka mengerahkan berbagai kepiawaian dan kesaktian untuk menerobos penjagaan ketat di istana.

Pada hari penentuan, para peserta dikumpulkan. Pemuda pertama dipanggil menghadap raja dan ditanya hasilnya. Ia menjawab, "Saya mencuri batu rubi ini dan tak seorangpun di istana yang mengetahuinya. Raja menjawab, "Bukan kamu pemenangnya!"

Pemuda kedua maju, "Semalam saya mengambil kereta kencana dan membawanya keluar gerbang, para penjaga saya buat terlelap semua, tak ada yang melihat saya." Raja mempersilahkan peserta duduk kembali.

Dengan mantap, peserta berikutnya menghadap, "Ampun Paduka, sayalah yang mengambil mahkota Paduka dari kamar Paduka, dan seluruh barisan pertahanan istana tak ada yang menyadarinya." Raja menggeleng.

Semua orang jadi bingung, karena masih saja belum ada yang dinyatakan sebagai pemenang. Akhirnya, seorang pemuda menghadap dengan tangan kosong dan berkata, "Saya tidak mendapatkan apapun." Raja bertanya, "Mengapa begitu?" Pemuda tersebut menjawab, "Sungguh tidak mungkin kita bisa mencuri tanpa ketahuan oleh siapapun, karena setidaknya selalu ada satu orang yang mengetahuinya, yaitu diri kita sendiri." Raja pun tertawa lebar dan menyambut sang menantu barunya.

Betapa damai dan membahagiakannya dunia kita ini, jika setiap orang mengindahkan suara hatinya. Pada dasarnya, nurani setiap orang adalah bersih adanya. Di dalam hati kita, setidaknya selalu ada rasa "MALU" untuk berbuat buruk dan rasa "TAKUT" akan akibat berbuat buruk. Suara hati yang bersih adalah penjaga dunia sejati. Persoalannya, apakah kita memelihara dan mengindahkan suara hati kita atau tidak?

Oleh diri kita sendiri ada rasa "MALU" dan "TAKUT".
Oleh diri kita sendiri juga tidak ada rasa "MALU" dan "TAKUT".
Oleh diri kita sendiri dunia damai
Oleh diri kita sendiri dunia kacau

Kumbang Sombong dalam Kotoran Sapi

Ada seekor kumbang yang menemukan seonggok kotoran sapi. Ia bersenang-senang di dalamnya dan merasa enak di sana. Kemudian, ia mengundang teman-temannya untuk bergabung membangun kota di dalamnya. Setelah bekerja keras tanpa mengenal lelah selama beberpa hari, mereka berhasil membangun sebuah “kota hebat” di dalam onggokan itu.

Mereka sangat bangga atas keberhasilan itu dan memutuskan untuk mengangkat kumbang pertama sebagai raja. Untuk menghormati raja baru, mereka menyelenggarakan suatu parade megah berkeliling “kota”.

Pada waktu parade megah ini sedang berlangsung, seekor gajah lewat dan ketika melihat seonggok kotoran sapi, gajah itu mengangkat kakinya agar tidak menginjak kotoran itu. Raja kumbang itu melihat kejadian itu dan dengan marah ia membentak binatang besar itu. “Hai kamu! Tak ada rasa hormat kepada raja? Sungguh kurang ajar kamu melangkahkan kaki di atas kepala raja. Minta ampun sekarang juga atau kuhukum kau.” Gajah itu menengok ke bawah dan berkata, “Baginda Yang Mulia, hamba mohon ampun.” Lalu ia berlutut di atas onggokan kotoran itu… meratakan raja, kota, penduduk, dan keangkuhan dalam satu tindakan kerendahan hati.